Biskuit Cegah Stunting Rusak dan Berjamur, BPKN: Bukannya Sehat Malah Jadi Penyakit
Sumber : Klik disini
Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mempersoalkan Kementerian yang masih memberikan biskuit demi mencegah stunting. Ia mendesak kebijakan itu segera diganti agar meningkatkan kualitas gizi anak, yakni dengan mengonsumsi protein hewani seperti telur dan ikan.
Anggota Komisi Komunikasi dan Edukasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Renti Maharaini, mendukung program pemerintah dalam pencegahan stunting. Namun pada penerapannya otoritas yang berwenang harus lebih memperhatikan kualitas pemberian makanan tambahan (PMT) berupa biskuit pada program pencegahan stunting di Indonesia.
Temuan PMT tak layak pangan dalam program tersebut dalam keadaan rusak, bahkan berjamur, di sejumlah daerah membuat masyarakat khawatir untuk mengkonsumsi.
“Semua biskuit bantuan untuk pencegahan stunting yang berjamur seharusnya melewati proses pengawasan yang ketat oleh otoritas terkait. Kasihan masyarakat yang sudah sangat senang menyambut program tersebut menjadi khawatir jika mengkonsumsi biscuit tersebut bukanya balita makin sehat malah menjadi sumber penyakit lainya,” kata Renti, dalam keterangannya, Kamis (2/2/2023).
Renti menjelaskan, masyarakat penerima bantuan PMT yang dalam hal ini umumnya balita dan anak adalah konsumen yang punya hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi produk dan sebaliknya pihak penyumbang dalam program PMT berkewajiban menjamin kualitas produk yang akan disumbangkan dalam kondisi yang baik sesuai standar mutu sebagaimana Pasal 4 huruf a jo. Pasal 7 huruf a dan d UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Adapun BPKN-RI mendapatkan data berdasarkan Survei Status Gizi Nasional (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia di angka 21,6 persen. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya yakni 24,4 persen. Walaupun menurun, angka tersebut masih tinggi, mengingat target prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14 persen dan standard WHO di bawah 20 persen.
Hingga kini, dia menilai masih banyak persoalan yang perlu menjadi perhatian dalam penanganan stunting. Salah satunya adalah masih belum tercukupinya kebutuhan gizi balita dan ibu hamil. Penyebabnya adalah perilaku dan kesadaran masyarakat yang masih rendah dalam menerapkan pola asuh dan pola konsumsi makanan bergizi.
“Kalau mau menurunkan stunting, harus menurunkan masalah gizi sebelumnya, yaitu weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk. Kalau empat masalah gizi tersebut tidak turun, stunting akan susah turun juga,” jelas Renti Maharaini.